Anda tentu pernah memiliki keinginan atau harapan atau cita-cita atau hasrat yang membara atau apa pun namanya. Apa yang terjadi ketika keinginan itu menghantui diri Anda? Coba luangkan waktu untuk mengingatnya. Mungkin waktu itu Anda jadi susah tidur, otak Anda terus bekerja mencari cara bagaimana mendapatkan apa yang Anda inginkan. Kemudian Anda bekerja ekstra keras agar dapat mewujudkan yang Anda inginkan. Saat ada rintangan menghadang Anda terjang, Anda terus jalan. Anda tidak mau menyerah sampai yang Anda inginkan ada dalam genggaman. Itulah kekuatan sebuah keinginan.
Seorang bayi yang kelaparan akan menangis sebagai isyarat agar mamanya datang dan memberi ASI. Bila mamanya tak kunjung datang, ia terus menangis bahkan menjerit dengan keras sampai ia dapat ASI atau susu formula. Seorang anak kecil yang ingin membeli sebuah mainan rela tidak jajan. Uang jajannya ditabung demi sebuah mainan idaman. Seorang remaja yang sedang jatuh cinta mencari seribu satu cara agar sang pujaan mau diajak jalan. Orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya rela membanting tulang bekerja siang malam bahkan pergi pagi pulang pagi demi pendidikan si buah hati.
Berapa pun usia seseorang bila ia punya sekeping keinginan, ia akan berjuang, dan terus berjuang untuk mendapatkan.
Bila dalam perjalanan menggapai cita-cita, Anda mendapati seekor anjing yang menghadang. Bayangkanlah di belakang Anda ada seekor macan. Anda tidak punya pilihan kecuali tetap maju menerjang anjing itu
Apa keinginan Anda saat ini? Pertahankan dan terus perjuangkan
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Monday, March 31, 2014
Saturday, March 29, 2014
Bagaimana Pikiran Mempengaruhi Kejadian yang Kita Alami?
Keadaan pikiran akan sangat mempengaruhi penafsiran dan pengertian kita tentang pengalaman apa saja yang sedang terjadi.
Untuk lebih mudah memahami hal ini, perhatikan dua contoh berikut:
Contoh 1
Anda baru saja mendapatkan hadiah atau bonus sebesar Rp 100.000.000,-.
Kondisi atau keadaan Anda saat ini dalam keadaan senang atau bahagia (suka cita).
Istri Anda berjalan memasuki pintu dan mengatakan kepada Anda bahwa mobil keluarga baru saja penyok -- biaya kerusakan senilai Rp 500.000,-
Bagaimana Anda menanggapi?
Kalau Anda seperti orang lain, Anda akan menanggapi, "Tidak apa-apa! Kita baru mendapatkan hadiah Rp 100.000.000,-"
Contoh 2
Anda baru saja mengalami hari yang paling mengesalkan di kantor. Setiap orang dalam suasana hati yang buruk karena berita akan adanya pemecatan. Anda pulang ke rumah setelah melalui kemacetan lalu lintas yang lama dalam jam sibuk.
Kondisi atau keadaan Anda saat ini dalam keadaan kesal atau frustasi.
Istri Anda berjalan memasuki pintu dan mengatakan kepada Anda bahwa mobil keluarga baru saja penyok -- biaya kerusakan senilai Rp 500.000,-
Bagaimana Anda menanggapi?
Kalau Anda seperti orang lain, Anda akan menanggapi, "Apa?, Sekarang apa lagi yang akan tidak beres hari ini?"
Perhatikan bahwa peristiwa luarnya identik dalam kedua situasi. Walaupun demikian, perilaku individu berbeda secara dramatis. Alasan mengapa perilakunya berbeda adalah karena keadaan pikiran berbeda.
Bisa dikatakan: "Keadaan akan mempengaruhi perilaku".
Individu yang keadaan pikirannya SUKA CITA akan menerima dan membuat kode rangsangan yang masuk dengan cara yang berbeda kalau dibandingkan dengan individu yang keadaan pikirannya FRUSTASI. Dua penafsiran yang sangat berbeda datang dari rangsangan luar yang identik.
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Untuk lebih mudah memahami hal ini, perhatikan dua contoh berikut:
Contoh 1
Anda baru saja mendapatkan hadiah atau bonus sebesar Rp 100.000.000,-.
Kondisi atau keadaan Anda saat ini dalam keadaan senang atau bahagia (suka cita).
Istri Anda berjalan memasuki pintu dan mengatakan kepada Anda bahwa mobil keluarga baru saja penyok -- biaya kerusakan senilai Rp 500.000,-
Bagaimana Anda menanggapi?
Kalau Anda seperti orang lain, Anda akan menanggapi, "Tidak apa-apa! Kita baru mendapatkan hadiah Rp 100.000.000,-"
Contoh 2
Anda baru saja mengalami hari yang paling mengesalkan di kantor. Setiap orang dalam suasana hati yang buruk karena berita akan adanya pemecatan. Anda pulang ke rumah setelah melalui kemacetan lalu lintas yang lama dalam jam sibuk.
Kondisi atau keadaan Anda saat ini dalam keadaan kesal atau frustasi.
Istri Anda berjalan memasuki pintu dan mengatakan kepada Anda bahwa mobil keluarga baru saja penyok -- biaya kerusakan senilai Rp 500.000,-
Bagaimana Anda menanggapi?
Kalau Anda seperti orang lain, Anda akan menanggapi, "Apa?, Sekarang apa lagi yang akan tidak beres hari ini?"
Perhatikan bahwa peristiwa luarnya identik dalam kedua situasi. Walaupun demikian, perilaku individu berbeda secara dramatis. Alasan mengapa perilakunya berbeda adalah karena keadaan pikiran berbeda.
Bisa dikatakan: "Keadaan akan mempengaruhi perilaku".
Individu yang keadaan pikirannya SUKA CITA akan menerima dan membuat kode rangsangan yang masuk dengan cara yang berbeda kalau dibandingkan dengan individu yang keadaan pikirannya FRUSTASI. Dua penafsiran yang sangat berbeda datang dari rangsangan luar yang identik.
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Wednesday, March 26, 2014
Gaya Penulisan Buku VS Laporan
Laporan dalam hal ini termasuk skripsi, jurnal, maupun laporan kerja seperti pratikum. Misalnya, laporan dalam artikel ini saya contohkan skripsi.
Tujuan laporan skripsi sangat berbeda dengan tujuan penulisan buku. Oleh karena itu, gaya bahasa yang digunakan juga berbeda. Penulis diasumsikan lebih menguasai topik tersebut dibandingkan pembacanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan kalimat deskriptif (penjelasan) dan menggunakan kata-kata perintah supaya pembaca dapat belajar langkah demi langkah sesuai dengan langkah-langkah yang diperintahkan oleh penulis.
Beberapa contoh kalimat yang sering dipakai dalam buku antara lain:
Agar lebih akrab dengan pembacanya, penulis buku biasanya menggunakan kata ganti orang seperti kami, kita, dan lain-lain.
Di lain pihak, tujuan penulisan laporan skripsi adalah untuk melaporkan (secara tertulis) apa yang telah dipelajari, diteliti, dan dilakukan oleh penulis (mahasiswa). Karena masih dalam proses belajar, penulis dianggap mempunyai tingkatan penguasaan topik yang lebih rendah dibandingkan dengan pembacanya, yaitu dosen pembimbing dan penguji. Oleh karena itu, tidak dibenarkan menggunakan kata perintah dalam penulisannya.
Dengan tidak mengubah arti, suatu kalimat perintah dapat ditulis menjadi kalimat biasa. Sebagai contoh:
Dalam penulisan laporan skripsi, harus juga diusahakan untuk tidak menggunakan kata ganti orang seperti: saya, kamu, kami, kita, dan lain-lain. Dengan tidak mengubah arti, kata ganti orang dapat dihilangkan dari suatu kalimat dengan cara mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat pasif. Sebagai contoh:
Menunjuk gambar, tabel, atau persamaan
Jika dalam laporan terdapat banyak gambar atau tabel; gambar atau tabel tersebut hendaknya diberi nomor. Untuk setiap gambar dan tabel yang dibuat, harus ada bagian teks yang merujuknya. Untuk menunjuk gambar dan tabel, gunakan nomor gambar dan tabel tersebut.
Contohnya, kalimat:
"... dapat dilihat pada gambar di bawah ini"
sebaiknya diganti dengan:
"... dapat dilihat pada Gambar 3.2"
Untuk melihat buku-buku yang saya tulis, Anda bisa mengunjungi http://vyctoriaku.blogspot.com
*** Efvy: Just Sharing ***
Tujuan laporan skripsi sangat berbeda dengan tujuan penulisan buku. Oleh karena itu, gaya bahasa yang digunakan juga berbeda. Penulis diasumsikan lebih menguasai topik tersebut dibandingkan pembacanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan kalimat deskriptif (penjelasan) dan menggunakan kata-kata perintah supaya pembaca dapat belajar langkah demi langkah sesuai dengan langkah-langkah yang diperintahkan oleh penulis.
Beberapa contoh kalimat yang sering dipakai dalam buku antara lain:
- Tekan tombol Esc untuk kembali ke menu sebelumnya
- Perhatikan kembali contoh 3
- Periksalah apakah data sudah terhapus
Agar lebih akrab dengan pembacanya, penulis buku biasanya menggunakan kata ganti orang seperti kami, kita, dan lain-lain.
- Kita lihat apakah x=0 merupakan penyelesaiannya
- Untuk membuat program tersebut kita gunakan Pemrograman Java
- Setelah kita tahu tentang struktur datanya, maka...
Di lain pihak, tujuan penulisan laporan skripsi adalah untuk melaporkan (secara tertulis) apa yang telah dipelajari, diteliti, dan dilakukan oleh penulis (mahasiswa). Karena masih dalam proses belajar, penulis dianggap mempunyai tingkatan penguasaan topik yang lebih rendah dibandingkan dengan pembacanya, yaitu dosen pembimbing dan penguji. Oleh karena itu, tidak dibenarkan menggunakan kata perintah dalam penulisannya.
Dengan tidak mengubah arti, suatu kalimat perintah dapat ditulis menjadi kalimat biasa. Sebagai contoh:
- Kalimat "Tekan tombol Esc untuk kembali ke menu sebelumnya" dituliskan sebagai: "Dengan menekan tombol Esc, maka layar akan kembali ke menu sebelumnya",
- Kalimat "Perhatikan kembali contoh 3" memiliki arti yang sama dengan kalimat "Dalam contoh 3..."
Dalam penulisan laporan skripsi, harus juga diusahakan untuk tidak menggunakan kata ganti orang seperti: saya, kamu, kami, kita, dan lain-lain. Dengan tidak mengubah arti, kata ganti orang dapat dihilangkan dari suatu kalimat dengan cara mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat pasif. Sebagai contoh:
- Setelah diteliti ternyata x=0 merupakan penyelesaiannya
- Pemrograman Java dipergunakan untuk membuat program tersebut
- Setelah struktur data diketahui maka...
Menunjuk gambar, tabel, atau persamaan
Jika dalam laporan terdapat banyak gambar atau tabel; gambar atau tabel tersebut hendaknya diberi nomor. Untuk setiap gambar dan tabel yang dibuat, harus ada bagian teks yang merujuknya. Untuk menunjuk gambar dan tabel, gunakan nomor gambar dan tabel tersebut.
Contohnya, kalimat:
"... dapat dilihat pada gambar di bawah ini"
sebaiknya diganti dengan:
"... dapat dilihat pada Gambar 3.2"
Untuk melihat buku-buku yang saya tulis, Anda bisa mengunjungi http://vyctoriaku.blogspot.com
*** Efvy: Just Sharing ***
Monday, March 24, 2014
Masalah???
Masalah, masalah, masalah...
Ya itulah yang selalu kita temuan.
Hidup tidak harus selalu berjalan mulus. Bahkan kalau hendak dilihat lebih teliti, jumlah kesulitan pasti lebih banyak. Kegagalan pasti menjadi bagian dari hidup. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapi dan belajar dari kegagalan.
Berdoalah kepada-Nya agar kita dapat menghadapinya dengan tabah.
Bersikaplah realistis terhadap kesulitan yang kita hadapi. Jangan berpikir bahwa Anda sendiri yang mengalami kesulitan. Semua orang pasti pernah mengalami kesulitan, meskipun mungkin tingkatannya berbeda-beda dan tidak tampak di permukaan.
Jadikanlah kesulitan sebagai alat pengasah agar kita tampil lebih cemerlang. Bukankah emas harus diasah berulang kali agar tampil cemerlang?
Jadilah seperti jeruk yang jika diperas menghasilkan sarinya dan bukan seperti tahu yang jika ditekan akan hancur.
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Ya itulah yang selalu kita temuan.
Hidup tidak harus selalu berjalan mulus. Bahkan kalau hendak dilihat lebih teliti, jumlah kesulitan pasti lebih banyak. Kegagalan pasti menjadi bagian dari hidup. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapi dan belajar dari kegagalan.
Berdoalah kepada-Nya agar kita dapat menghadapinya dengan tabah.
Bersikaplah realistis terhadap kesulitan yang kita hadapi. Jangan berpikir bahwa Anda sendiri yang mengalami kesulitan. Semua orang pasti pernah mengalami kesulitan, meskipun mungkin tingkatannya berbeda-beda dan tidak tampak di permukaan.
Jadikanlah kesulitan sebagai alat pengasah agar kita tampil lebih cemerlang. Bukankah emas harus diasah berulang kali agar tampil cemerlang?
Jadilah seperti jeruk yang jika diperas menghasilkan sarinya dan bukan seperti tahu yang jika ditekan akan hancur.
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Friday, March 21, 2014
Perubahan
Ketika orang menginginkan perubahan, perubahan itu seakan benar-benar tidak bisa diraih.
Alasan pertama sangat sederhana. Otak kita mempunyai begitu banyak sel. Jalur-jalur ini menyala karena aktivitas yang kita lakukan setiap hari.
Kita ke toko kebutuhan rumah tangga yang sama setiap minggu. Kita ke pompa bensin yang sama, menempuh jalur yang sama, berolahraga di pusat kebugaran yang sama, beribadah di masjid yang sama,.....
Kita memikirkan "jalan kaki", dan kita menginginkan jalan kaki seperti yang bisa kita lakukan. Ketika kita memikirkan "minum", kita akan meneguk minuman yang sama seperti yang selalu kita lakukan. Otak kita benar-benar tersambung langsung ke seluruh perilaku kita sebelumnya dan melakukan dengan tepat seperti yang telah biasa kita lakukan sebelumnya. Sambungan itu jarang berubah, kecuali kalau sistem jalur tersebut jarang digunakan.
Namun, sambungan baru (jalur baru) dapat terjadi karena pengulangan perilaku-perilaku yang sama--dan lewat pengulangan pemikiran, walaupun dengan hasil yang tidak sebaik perilaku yang biasa kita lakukan sebelumnya, seperti sengaja berjalan kaki di lintasa yang berbeda setiap hari selama beberapa minggu, sengaja mengikuti setiap perilaku baru setiap hari selama beberapa minggu.
Menurut para ahli, biasanya, kebiasaan baru memerlukan waktu 21 hari untuk terbentuk dan, jelas terlihat, memerlukan lima hari untuk membentuk kebiasaan baru (menciptakan jalur saraf baru dalam orak). Walaupun ada jalur baru, pilihan tetap dilibatkan untuk mengambil keputusan dan perubahan.
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Alasan pertama sangat sederhana. Otak kita mempunyai begitu banyak sel. Jalur-jalur ini menyala karena aktivitas yang kita lakukan setiap hari.
Kita ke toko kebutuhan rumah tangga yang sama setiap minggu. Kita ke pompa bensin yang sama, menempuh jalur yang sama, berolahraga di pusat kebugaran yang sama, beribadah di masjid yang sama,.....
Kita memikirkan "jalan kaki", dan kita menginginkan jalan kaki seperti yang bisa kita lakukan. Ketika kita memikirkan "minum", kita akan meneguk minuman yang sama seperti yang selalu kita lakukan. Otak kita benar-benar tersambung langsung ke seluruh perilaku kita sebelumnya dan melakukan dengan tepat seperti yang telah biasa kita lakukan sebelumnya. Sambungan itu jarang berubah, kecuali kalau sistem jalur tersebut jarang digunakan.
Namun, sambungan baru (jalur baru) dapat terjadi karena pengulangan perilaku-perilaku yang sama--dan lewat pengulangan pemikiran, walaupun dengan hasil yang tidak sebaik perilaku yang biasa kita lakukan sebelumnya, seperti sengaja berjalan kaki di lintasa yang berbeda setiap hari selama beberapa minggu, sengaja mengikuti setiap perilaku baru setiap hari selama beberapa minggu.
Menurut para ahli, biasanya, kebiasaan baru memerlukan waktu 21 hari untuk terbentuk dan, jelas terlihat, memerlukan lima hari untuk membentuk kebiasaan baru (menciptakan jalur saraf baru dalam orak). Walaupun ada jalur baru, pilihan tetap dilibatkan untuk mengambil keputusan dan perubahan.
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Tuesday, March 18, 2014
Hukum “10” Tahun
Dalam buku The New
Brain: How the Modern Age Is Rewiring Your Mind, oleh Richard Restak. Dia mengatakan,
otak manusia sangat lentur. Anda dapat melatih otak untuk menguasai teknik,
keterampilan, dan bahasa baru, serta banyak hal lain dengan latihan, kemauan,
kesadaran, dan ketekunan. Dia mengemukakan “hukum 10 tahun”, yaitu hampir
setiap orang dapat menjadi genius—atau setidaknya sangat hebat dalam satu hal
yang dipelajarinya selama satu dekade.
Dengan menyadari bahwa kita dapat mempelajari apa pun
asalakan mau meluangkan waktu dan tekun. Kita bisa menguasai apa pun yang kita
pelajari. Memang, pada tahap-tahap awal dalam proses belajar terasa sangat
sulit dan tidak nyaman adalah satu hal. Namun, menggunakan ketidaknyamanan itu
sebagai alasan untuk tidak mempelajari hal-hal baru adalah hal lain yang
berbeda.
Intinya; kalau Anda ingin menjadi penjual, penulis,
pembicara, programmer, atau apa pun yang lebih baik, Anda harus bersedia
menghabiskan banyak waktu, energi, dan uang untuk meningkatkan keterampilan. Anda
harus menyadari bahwa buah buku yang Anda baca maupun satu seminar di akhir
pekan yang Anda hadiri tidaklah cukup. Anda dapat memulai prosesnya dalam sekejap, dengan mengambil sebuah keputusan
dan langsung merasakan kemajuan yang berarti. Tetapi Anda butuh waktu lebih
lama untuk menjadi ahli.
Bahkan mungkin butuh sepuluh tahun.
Namun, jika Anda tidak memulainya
sekarang, akan jadi apa Anda sepuluh tahun mendatang?
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Pintar Bukanlah Sebenarnya Pintar
Jika kita melihat dewasa ini, orang pintar sepertinya memang sudah terlahir atau ditakdirkan untuk menjadi pintar. Walaupun pada dasarnya pintar atau bodoh sering relatif. Kebanyakan orang pintar biasanya adalah orang yang tekun.
Walaupun seseorang terlahir pintar namun, hanya duduk saja. Kepintarannya tetaplah tidak akan berguna. Banyak orang yang berhasil bukan karena kepintaran tapi lebih karena ketekunannya yang menjadikannya sebagai orang pintar.
Jadi, apapun kondisi kita saat ini, ketekunanlah yang membuat kita bisa menguasai suatu bidang dengan baik atau tidak.
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Walaupun seseorang terlahir pintar namun, hanya duduk saja. Kepintarannya tetaplah tidak akan berguna. Banyak orang yang berhasil bukan karena kepintaran tapi lebih karena ketekunannya yang menjadikannya sebagai orang pintar.
Jadi, apapun kondisi kita saat ini, ketekunanlah yang membuat kita bisa menguasai suatu bidang dengan baik atau tidak.
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Saturday, March 15, 2014
Virus Masa Lalu
Sikap terhadap pengalaman masa lalu mempengaruhi kehidupan Anda.
Dewasa ini semakin banyak orang, apalagi di kota dicap sebagai korban (victims) kekejaman, ketidakadilan, atau
yang terpinggirkan di masa lalu. Cara pandang ini tentu bisa dibenarkan, tetapi
orang yang memandang dirinya sebagai korban masa lalu biasanya terus-menerus
mengalami luka batin dan selalu dihinggapi perasaan tak berdaya.
Kursus, pelatihan, seminar, dan buku pemberdayaan diri (self empowerment) yang baik melatih
orang untuk melihat diri mereka sebagai penanggung jawab seluruh kehidupan
mereka sendiri. Termasuk penderitaan akibat ketidakadilan dan kekejaman pada
masa lalu.
Begitu seseorang berhasil mengubah sikapnya menjadi seperti
tersebut di atas—mengubah pemrograman dirinya—yang terkadang memang sulit
dilakukan, untuk sementara ia akan mengalami kesedihan dan duka cita yang
kemudian berganti denan rasa legowo
dan penuh harapan.
Jadi, intinya adalah bagaimana mana Anda dan kita semua
memprogram diri kita terhadap virus-virus masa lalu. Apakah kita tetap akan menyimpan
virus tersebut atau membuangnya jauh-jauh.
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Sunday, March 9, 2014
Mental & Passion
"Seseorang yang tidak bermental penjahat tidak akan mampu
melakukan kejahatan. Demikian pula seseorang yang tidak bermental pemenang
tidak akan mampu memenangi apapun."
Apa alasan yang mendasari Anda melakukan sesuatu?
Karena tanpa alasan yang kuat, kita bagaikan tanpa arah,
hidup tanpa tahu harus berbuat apa. Gairah, ya itulah yang memberi kita energi
untuk melakukan sesuatu. Sebuah tujuan atau keinginan yang kuat beserta segenap
pikiran dan perilaku tercurahkan pada apa yang Anda kerjakan.
Setiap juara di dunia ini memiliki passion-nya masing-masing. Mereka bergairah dan bersemangat dengan
apa yang mereka kerjakan. Jika Anda ingin menjadi seorang jendral milikilah
mental seorang jenderal, jika Anda ingin menjadi orang kaya maka milikilah
mental orang kaya. Lihat dan perhatikan, apa yang menyebabkan seseorang menjadi
juara, kaya, dan sebagainya.
Jika mental orang kaya adalah selalu berusaha dan pantang menyerah,
menabung dan sebagainya. Kenapa Anda tidak mulai menabung hari ini, kenapa Anda
harus putus semangat ketika ada masalah.
Perhatikan seperti apa sikap seorang jenderal, apakah sama
dengan kopral?
Alkisah, seorang jenderal sedang menaiki mobil pribadinya
yang disupiri oleh seorang kopral. Tiba-tiba terjadi sebuah kecelakaan kecil,
ada pengendara lain yang menyerempet mobilnya. Ketika peristiwa tersebut
terjadi, kira-kira menurut Anda, apa yang terjadi selanjutnya?
Siapa yang akan marah-marah kepada pengandara lain yang
tidak sengaja mengenai mobilnya? Biasanya yang terjadi adalah sang kopral akan
turun dari mobil dan marah-marah sambil teriak-teriak.
Sang jenderal belum tentu marah dengan kejadian tersebut,
dia tetap diam menunjukkan wibawa dan kharismanya. Walaupun dia marah, dan
jengkel tetap saja ditahan dan disabarkannya dirinya. Karena tidak layak
seorang jenderal berteriak dan memaki layaknya preman pasar.
Itulah sikap mental. Sikap mental bisa menunjukkan apakah Anda
seorang jenderal atau kopral; apakah Anda orang besar atau bukan; Dengan sikap
mental pula bisa menunjukkan apakah Anda akan menjadi penguasa atau rakyat
jelata.
Ingin menjadi apa Anda?
--- Efvy in Refleksi Diri ---
Subscribe to:
Posts (Atom)