Wednesday, August 6, 2014

Why You Should To Be Rich?


Hadits Muslim 1715

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَذْكُرُ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ عَنْ الْمَسْأَلَةِ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَالْيَدُ الْعُلْيَا الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى السَّائِلَةُ

Tangan yg di atas lebih baik daripada tangan yg dibawah. Tangan di atas adl tangan pemberi sementara tangan yg di bawah adl tangan peminta-minta. [HR. Muslim No.1715].
Hadits Muslim 1716

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَأَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ جَمِيعًا عَنْ يَحْيَى الْقَطَّانِ قَالَ ابْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ مُوسَى بْنَ طَلْحَةَ يُحَدِّثُ أَنَّ حَكِيمَ بْنَ حِزَامٍ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ أَوْ خَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ

Sedekah yg paling utama atau paling baik adl sedekah yg diberikan ketika ia mampu. Dan tangan yg di atas adl lebih baik daripada tangan yg di bawah. Dan dahulukanlah pemberian itu kepada orang yg menjadi tanggunganmu. [HR. Muslim No.1716].
Hadits Muslim 1717

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ وَسَعِيدٍ عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ قَالَ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِطِيبِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى

Sesungguhnya harta ini adl lezat & manis. Maka siapa yg menerimanya dgn hati yg baik, niscaya ia akan mendapat berkahnya. Namun, siapa yg menerimanya dgn nafsu serakah, maka dia tak akan mendapat berkahnya, Dia akan seperti orang yg makan, namun tak pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. [HR. Muslim No.1717].
Hadits Muslim 1718

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا شَدَّادٌ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ أَنْ تَبْذُلَ الْفَضْلَ خَيْرٌ لَكَ وَأَنْ تُمْسِكَهُ شَرٌّ لَكَ وَلَا تُلَامُ عَلَى كَفَافٍ وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى

Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika kamu mensedekahkan kelebihan hartamu, itu lebih baik bagimu daripada kamu simpan, karena hal itu akan lebih berbahaya bagimu. Dan kamu tak akan dicela jika menyimpan sekedar untuk keperluan. Dahulukanlah memberi nafkah kepada orang yg menjadi tanggunganmu. Tangan yg di atas adl lebih baik, daripada tangan yg di bawah. [HR. Muslim No.1718].


Inti dari semua hadits di atas:

<اليد العليا خير من اليد السفلى> al-yadu al-‘ulyaa khayrun min al-yadi as-suflaa.

  • Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
  • Penggalan hadits di atas berderajat shahih.



MUKMIN YANG KUAT LEBIH BAIK DAN LEBIH DICINTAI OLEH ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664); Ahmad (II/366, 370); Ibnu Mâjah (no. 79, 4168); an-Nasâ-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 626, 627); at-Thahawi dalam Syarh Musykilil Aatsâr (no. 259, 260, 262); Ibnu Abi Ashim dalam Kitab as-Sunnah (no. 356). Dishahihkan oleh Syaikh al-Bani rahimahullah dalam Hidâyatur Ruwât ila Takhrîji Ahâdîtsil Mashâbîh wal Misykât (no. 5228).

Maksud mukmin kuat dalam hadits di atas adalah kuat imannya, bukan semata kuat fisik atau materi. Karena kuatnya fisik dan materi akan membahayakan diri jika digunakan untuk kemaksiatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada dasarnya, kuatnya fisik dan materi bukan sebagai pijakan mulia atau tercela. Hanya saja, jika keduanya digunakan untuk kemanfaatan di dunia dan akhirat, ia menjadi terpuji. Sebaliknya, jika digunakan untuk kemaksiatan terhadap Allah, ia menjadi tercela.



Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya kamu bila meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan (KAYA) itu LEBIH BAIK dari pada kamu meninggalkan mereka SERBA KEKURANGAN sehingga nantinya mereka meminta-minta kepada manusia.” [HR Bukhari]

Rasulullah saw bersabda,
“Sebaik-baik SEDEKAH adalah yang berasal dari orang KAYA yang berkecukupan.”
[Hadits Riwayat Bukhari]


Rasulullah Saw. Bersabda:
"Memberi pinjaman kepada saudara yang tengah membutuhkan itu nilai pahalanya dua kali lipat daripada pahala sedekah" (HR. at-Tirmidzi)




كَادَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا وَ كَادَ الْحَسَدُ أَنْ يَسْبِقَ الْقَدَرَ

"Hampir-hampir saja kefakiran akan menjadi kekufuran dan hampir saja hasad mendahului takdir."

Hadits ini dikeluarkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitab “Syu’abul Iman” (no. 6612),

Hadits ini adalah hadits yang lemah, karena dalam sanadnya ada Yazid bin Aban Ar-Raqasyi, dia dinyatakan lemah oleh para ulama Ahli hadits, seperti Imam Ahmad, Yahya bin Ma’in, an-Nasa-i, ad-Daraquthni1, adz-Dzahabi2 dan Ibnu Hajar al-‘Asqalani3.


*** Efvy-Just Sharing ***
كَادَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا وَ كَادَ الْحَسَدُ أَنْ يَسْبِقَ الْقَدَرَ
"Hampir-hampir saja kefakiran akan menjadi kekufuran dan hampir saja hasad mendahului takdir." (Didhaifkan oleh Syaikh Al-Albani dan lainnya)
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2013/03/25/23721/kefakiran-mendekatkan-kepada-kekufuran/#sthash.uAdvcmBF.dpuf
كَادَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا وَ كَادَ الْحَسَدُ أَنْ يَسْبِقَ الْقَدَرَ
"Hampir-hampir saja kefakiran akan menjadi kekufuran dan hampir saja hasad mendahului takdir." (Didhaifkan oleh Syaikh Al-Albani dan lainnya)
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2013/03/25/23721/kefakiran-mendekatkan-kepada-kekufuran/#sthash.uAdvcmBF.dpuf

Monday, August 4, 2014

Kerja Keras

Allat Ta'ala berfirman,
"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi. Dan carilah karunia Allah serta ingatlah Allah banyak-banyak, supaya kalian beruntung." (al-Jumu'ah: 10)

Melalui ayat di atas, Allah swt. memerintahkan kita untuk menjemput rezeki yang telah disediakan oleh-Nya demi keberlangsungan hidup di muka bumi ini. Rezeki, meski sudah ditetapkan pendistribusiannya oleh Allah, tidak akan data sendiri menghampiri kita tanda ada usaha untuk menjemputnya. Perintah untuk bertebaran di muka bumi mencari rezeki Allah membutuhkan usaha maksimal, kerja keras disertai ketekunan dan sikap tawakal kepada-Nya.

Ajaran Islam sangat menjunjung tinggi etos kerja. Bahkan di dalam sebuah hadits Rasulullah Saw. menegaskan, "Sesungguhnya bekerja, mencari rezeki yang halal, merupakan kewajiban setelah ibadah-ibadah fardhu." (HR. Bukhari)

Apabila usaha mencari rezeki merupakan kewajiban seorang Muslim setelah ibadah fardhu, masihkah kita merasa menjadi Muslim yang baik bila dalam jiwa kita tersimpan sikap malas dan tidak mau berusaha? Selayaknya setelah ibadah fardhu ditunaikan, kita tempa diri kita dengan cucuran keringat karena bekerja keras. Hanya dengan cara inilah kita bisa bangga dan menunjukkan kalau kita benar-benar seorang Muslim sejati.

Kerjas keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain menunjukkan jiwa serta kepribadian seorang Muslim yang luhur, juga merupakan salah satu cara untuk menghapus dosa-dosa kita. Sebagaimana Rasulullah saw. pernah bersabda,
"Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan karena kedua tangannya telah bekerja pada siang harinya, maka pada malam hari itu ia telah diampuni oleh Allah Ta'ala." (HR. Ahmad)

Dengan demikian menjadi jelas, bahwa tidak ada ruang bagi sikap malas dalam tuntunan ajaran Islam.


*** Efvy in Refleksi Diri ***

Saturday, August 2, 2014

Rahasia di Balik Kemiskinan

Kemiskinan sering dipahami sebagai kekurangan harta yang membuat seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Dalam bahasa Arab, kata 'miskin' ini berakar dari kata sakana, yaskunu, sukun, yang secara harfiah berarti 'diam, tidak bergerak'. Jadi miskin di sini menunjuk pada kondisi stagnan, tanpa perubahan aktivitas dan dinamika dalam hidup.

Kemiskinan harus segera ditanggulangi dan dicegah tumbuh. Dalam Islam, kemiskinan dipandang sebagai kondisi yang membahayakan, terutama bagi akidah. Maka, menghilangkan kemiskinan adalah fardhu kifayah hukumnya.

Untuk mencegah dan mengatasi kemiskinan, kita perlu memperhatikan minimal tiga perkara. Pertama, memahami dengan benar sikap dan pandangan Al-Qur'an tentang kemiskinan itu sendiri. Dalam Al-Qur'an, Allah justru memberi pujian pada hidup yang berkecukupan, dalam konteks pemberian aneka macam nikmat kepada Nabi Saw.

"Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan" (ad-Dhuha:8)

Kedua, melepaskan diri dari teologi jabbariyah, yang fatalistik. Sebagian kaum muslimin masih berpandangan bahwa kemiskinan adalah takdir yang tak dapat diubah. Ada lagi yang menganggap kemiskinan sebagai sesuatu yang mulia dan kondisi untuk mencapai derajat takwa. Pandangan seperti ini justru bertentangan dengan semangat pengentasan kemiskinan. Ketiga, membangun etos kerja yang kuat. Dalam Islam, kerja dinamakan amal, dan amal adalah ibadah yang berpahala. Iman menjadi fungsional dalam kehidupan hanya dengan amal.

Dalam konteks ini, Nabi saw. pernah berpesan, "Sekiranya salah seorang dari kalian mengambil tali, lalu membawa seikat kayu bakar di atas punggung dan menjuallnya, maka aktivitas itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada orang lain, baik ia diberi atau ditolak" (HR. Bukhari)


*** Efvy in Refleksi Diri ***

Sumber: 99 Nasihat Penyelamat Hidup (Abu Jamal Ba'adillah)