Pada suatu hari ada seorang yang tamak dan rakus sedang
menangkap seekor burung, dan terjadilah percakapan antara burung dan orang yang
menangkapnya.
“Mau engkau apakan diriku?” tanya sang burung.
“Tentu saja aku mau menyembelihmu untuk aku makan.” jawab pria
yang menangkap burung tersebut.
“Dagingku yang hanya secuil tidak akan mungkin bisa
membuatmu kenyang. Tidak pula bisa membuat deritamu terobati. Jika engkau mau
melepaskanku maka aku akan memberimu tiga nasihat yang akan sangat berguna.”
“Katakan nasihatnya. Nanti aku akan melepaskanmu.”
“Nasihat yang pertama akan aku katakan ketika aku masih engkau
genggam. Nasihat yang kedua akan aku katakan jika aku sudah terbang dan hinggap
di ranting pohon itu. Nasihat yang ketiga akan aku katakan ketika aku sudah
sampai di atas bukit itu.”
“Baiklah. Sekarang katakan nasihatmu yang pertama.”
“Janganlah engkau meratapi setiap hal yang sudah hilang dari
tanganmu.”
“Yang kedua?”
“Janganlah engkau percaya pada hal yang tidak mungkin
terjadi.”
“Yang ketiga?”
Saat burung itu sudah sampai ke atas bukit, ia berteriak
dengan sekeras-kerasnya;
“Betapa bodohnya engkau. Kenapa engkau lepaskan aku begitu
saja. Padahal di dalam tembolokku ada dua butir permata seberat lima puluh
gram. Jika saja engkau jadi menyembelihku, niscaya engkau akan mendapatkan
permata itu.”
Begitu mendengar kata ‘permata’, orang yang tamak itu
langsung mengaduh sejadi-jadinya, seraya berkata;
“Dasar licik sekali kamu. Sekarang katakan nasihat yang
ketiga!”
“Apalah gunanya aku katakan nasihat yang ketiga karena
nasihat yang baru aku katakan saja sudah engkau lupakan.”
“Katakan saja, siapa tahu aku tidak akan melupakannya.”
“Bukankah sudah aku katakan ‘janganlah engkau meratapi apa
yang sudah hilang dari genggamanmu!’ Lalu kenapa engkau masih juga sedih karena
telah melepaskanku. Bukankah juga sudah aku katakan ‘janganlah engkau percaya
dengan hal yang tidak mungkin terjadi.’ Lalu kenapa engkau masih juga percaya
kalau di dalam tembolokku ada lima puluh gram permata?”
“Tidak akankah kamu mengatakan nasihat yang ketiga?”
“Tidaklah ada gunanya memberi nasihat kepada orang dungu.
Apalagi sifat tamak telah membuatnya menjadi buta dan tuli. Karena itulah ia
terhalang dari melihat kebenaran.”
*** Efvy Just for sharing ***
No comments:
Post a Comment
Give Your Comments.