Thursday, January 25, 2018

Nasihat Seekor Burung

Pada suatu hari ada seorang yang tamak dan rakus sedang menangkap seekor burung, dan terjadilah percakapan antara burung dan orang yang menangkapnya.
“Mau engkau apakan diriku?” tanya sang burung.
“Tentu saja aku mau menyembelihmu untuk aku makan.” jawab pria yang menangkap burung tersebut.
“Dagingku yang hanya secuil tidak akan mungkin bisa membuatmu kenyang. Tidak pula bisa membuat deritamu terobati. Jika engkau mau melepaskanku maka aku akan memberimu tiga nasihat yang akan sangat berguna.”
“Katakan nasihatnya. Nanti aku akan melepaskanmu.”
“Nasihat yang pertama akan aku katakan ketika aku masih engkau genggam. Nasihat yang kedua akan aku katakan jika aku sudah terbang dan hinggap di ranting pohon itu. Nasihat yang ketiga akan aku katakan ketika aku sudah sampai di atas bukit itu.”
“Baiklah. Sekarang katakan nasihatmu yang pertama.”
“Janganlah engkau meratapi setiap hal yang sudah hilang dari tanganmu.”
“Yang kedua?”
“Janganlah engkau percaya pada hal yang tidak mungkin terjadi.”
“Yang ketiga?”
Saat burung itu sudah sampai ke atas bukit, ia berteriak dengan sekeras-kerasnya;
“Betapa bodohnya engkau. Kenapa engkau lepaskan aku begitu saja. Padahal di dalam tembolokku ada dua butir permata seberat lima puluh gram. Jika saja engkau jadi menyembelihku, niscaya engkau akan mendapatkan permata itu.”
Begitu mendengar kata ‘permata’, orang yang tamak itu langsung mengaduh sejadi-jadinya, seraya berkata;
“Dasar licik sekali kamu. Sekarang katakan nasihat yang ketiga!”
“Apalah gunanya aku katakan nasihat yang ketiga karena nasihat yang baru aku katakan saja sudah engkau lupakan.”
“Katakan saja, siapa tahu aku tidak akan melupakannya.”
“Bukankah sudah aku katakan ‘janganlah engkau meratapi apa yang sudah hilang dari genggamanmu!’ Lalu kenapa engkau masih juga sedih karena telah melepaskanku. Bukankah juga sudah aku katakan ‘janganlah engkau percaya dengan hal yang tidak mungkin terjadi.’ Lalu kenapa engkau masih juga percaya kalau di dalam tembolokku ada lima puluh gram permata?”
“Tidak akankah kamu mengatakan nasihat yang ketiga?”
“Tidaklah ada gunanya memberi nasihat kepada orang dungu. Apalagi sifat tamak telah membuatnya menjadi buta dan tuli. Karena itulah ia terhalang dari melihat kebenaran.”

*** Efvy Just for sharing ***

No comments:

Post a Comment

Give Your Comments.