Thursday, April 16, 2015

Informasi, Ilmu Pengetahuan, & Kebijakan

Empat orang sahabat menemukan sekeping mata uang. Orang pertama, seorang persia, berkata, "Dengan mata uang ini, aku akan membeli angur." Orang kedua, seorang Arab, menyatakan keberatannya, "Tidak, kita harus membeli inab." Orang ketiga, seorang Turki mengatakan, "Aku tidak ingin inab, aku menginginkan uzum." Sementara itu, yang terakhir, seorang Yunani, mengatakan bahwa ia tidak tertarik pada apa yang ditawarkan oleh tiga orang sahabat sebelumnya. "Aku," katanya, "ingin kita membeli stafili."

Kita dapat membaca anekdot tersebut dalam Matsnawi karya Jalaludin Rumi. Lewat buku-menariknya, Tantangan Dunia Islam Abad 21: Menjangkau Informasi. Ziauddin Sardar kemudian menggunakan kisah di atas untuk membahas pentingnya menyusun sebuah strategi informasi di Dunia Muslim dalam kerangka tiga unsur kunci: informasi, ilmu pengetahuan, dan kebijakan. Mari kita smika penjelasan Sardar.

Maulana Rumi menceritakan bahwa karena keempat orang sahabat itu tidak mengetahui arti di balik apa yang dikatakan masing-masing, mereka kemudian terlibat pertengkaran. Mereka memiliki informasi, tetapi tidak memiliki pengetahuan.

Ketika pertengkaran sedang memuncak, lewatkan seorang yang bijaksana. Orang ini kemudian mendamaikan para sahabat yang sedang bertengkar tersebut, dan berkata, "Aku bisa memenuhi keinginan kalian semua dengan uang yang kalian temukan. Syaratnya, kalian harus percaya dengan sepenuh hati. Sekeping uang ini akan memenuhi keempat kebutuhan kalian, dan kalian berempat akan rukun kembali."

Demikianlah, orang bijak itu kemudian pergi dan membeli buah anggur. Begitu ia kembali, keempat orang sahabat itu menjadi gembira. Ternyata, semua mereka, dengan bahasanya masing-masing, telah menyatakan kebutuhannya akan hal yang sama, yaitu anggur.

Anekdot dari Maulana Rumi ini merupakan suatu upaya yang jelas untuk membeda-bedakan tiga konsep: informasi, ilmu pengetahuan, dan kebijakan.

Informasi digambarkan di sini sebagai keinginan empat orang sahabat untuk makan angur, inab, uzum, dan stafili. Keinginan ini dapat diartikan sebagai "fakta-fakta" yang tidak tertata dan tidak berhubungan satu sama lain.

Orang bijak yang dapat meredakan pertengkaran mereka itu mampu menyusun fakta-fakta ini menjadi sebuah kesatuan informasi yang tertata berkat pengetahuan yang dimilikinya. Dan berkat kebijakannya, ia mampu menerapkan pengetahuannya--dengan informasi yang sepenuhnya telah diasimilasikan--untuk menghasilkan keputusan yang adil dan penuh pengertian.


*** Efvy just for sharing, diambil dari buku "Vitamin T", by Hernowo ***

No comments:

Post a Comment

Give Your Comments.