Allat Ta'ala berfirman,
"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi. Dan carilah karunia Allah serta ingatlah Allah banyak-banyak, supaya kalian beruntung." (al-Jumu'ah: 10)
Melalui ayat di atas, Allah swt. memerintahkan kita untuk menjemput rezeki yang telah disediakan oleh-Nya demi keberlangsungan hidup di muka bumi ini. Rezeki, meski sudah ditetapkan pendistribusiannya oleh Allah, tidak akan data sendiri menghampiri kita tanda ada usaha untuk menjemputnya. Perintah untuk bertebaran di muka bumi mencari rezeki Allah membutuhkan usaha maksimal, kerja keras disertai ketekunan dan sikap tawakal kepada-Nya.
Ajaran Islam sangat menjunjung tinggi etos kerja. Bahkan di dalam sebuah hadits Rasulullah Saw. menegaskan, "Sesungguhnya bekerja, mencari rezeki yang halal, merupakan kewajiban setelah ibadah-ibadah fardhu." (HR. Bukhari)
Apabila usaha mencari rezeki merupakan kewajiban seorang Muslim setelah ibadah fardhu, masihkah kita merasa menjadi Muslim yang baik bila dalam jiwa kita tersimpan sikap malas dan tidak mau berusaha? Selayaknya setelah ibadah fardhu ditunaikan, kita tempa diri kita dengan cucuran keringat karena bekerja keras. Hanya dengan cara inilah kita bisa bangga dan menunjukkan kalau kita benar-benar seorang Muslim sejati.
Kerjas keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain menunjukkan jiwa serta kepribadian seorang Muslim yang luhur, juga merupakan salah satu cara untuk menghapus dosa-dosa kita. Sebagaimana Rasulullah saw. pernah bersabda,
"Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan karena kedua tangannya telah bekerja pada siang harinya, maka pada malam hari itu ia telah diampuni oleh Allah Ta'ala." (HR. Ahmad)
Dengan demikian menjadi jelas, bahwa tidak ada ruang bagi sikap malas dalam tuntunan ajaran Islam.
*** Efvy in Refleksi Diri ***
No comments:
Post a Comment
Give Your Comments.