Konon, sebelum wafat, Abraham Maslow sempat menunjukkan penyesalannya. Teori
motivasi yang digagasnya itu mestinya perlu direvisi. Apanya yang perlu
direvisi? Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya Spiritual Capital,
Hirarki kebutuhan yang digagasnya mestinya perlu dibalik.
Seandainya itu benar-benar kejadian, maka yang paling bawah bukanlah
kebutuhan fisik (fisiologis) melainkan aktualisasi-diri. Jadi, yang harus lebih
dulu dijadikan sumber motivasi seseorang bukanlah kebutuhan perutnya, melainkan
kebutuhan untuk berprestasi. Jika orang selalu berusaha untuk memuaskan dahaga
berprestasinya, maka seluruh kebutuhan lain, secara otomatis akan terpenuhi
sendiri. Buktinya, tidak ada orang yang prestasinya naik terus tetapi
kelaparan, status sosial rendah, dan semisalnya. Yang sering terjadi adalah
kebalikannya.
Maslow menyesal karena teorinya ini telah mengilhami banyak orang untuk
menjdai tamak dan terus-terusan memikirkan kebutuhan fisiknya, kebutuhan
hewaniyahnya. Banya, kita jumpai orang yang secara ekonomi (sangan, pangan,
papan) sudah lebih dari cukup, tetapi malah semakin rakus, misalnya koruptor.
Di sisi lain, seperti yang kerap kita dengar, teori ini juga banyak “dimanfaatkan”
oleh orang-orang malas untuk menjustifikasi kemalasannya dengan alasan
kebutuhan fisik. Orang menjadi malas mengaktualisasikan potensinya atau
bakatnya dengan menuding kemiskinan. Kemiskinan memang masalah, tetapi kalau
orang tidak tergerak untuk menggunakan potensinya karena alasan miskin, ini
lebih masalah lagi.
Hal ini pula yang menyebabkan kebanyakan karyawan hanya semangat kerja
sewaktu awal-awal masuk saja. Karyawan baru itu pasti umumnya semangat karena
kebutuhannya akan fisik, keamanan, dan harga diri (terbebas dari pengangguran)
terpenuhi. Tapi begitu setahun berlalu, dinamika jiwanya menuntut perubahan
baru, misalnya: ingin gaji lebih tinggi, ingin diperlakukan lebih istimewa, dan
sebagainya.
Jadi, mari kita membalik teori Abraham Maslow maka semua kebutuhan kita yang
dibawahnya akan terpenuhi secara otomatis
*** Efvy in Refleksi Diri ***
No comments:
Post a Comment
Give Your Comments.