Kita memerlukan cahaya untuk melihat dan bergerak. Namun, tidak ada cahaya artinya tidak ada energi untuk melihat sehingga membuat kita tidak bisa bergerak atau bergerak ke arah yang salah. Orang-orang yang hidup dalam kegelapan bergerak acak, tak ada arah yang jelas, tak melihat keindahan. Terkurung dalam ruang yang tertutup rapat, tak ada pergaulan dan interaksi dengan dunia luar, membuat manusia hidup dalam keterasingan dan kegelapan.Untuk melihat, manusia perlu mendatangkan cahaya. Caranya bisa bermacam-macam. Membuka diri, mencari celah, atau membuat api buatan.
Sebaliknya, apabila terlalu banyak cahaya maka seseorang bisa menjadi buta oleh cahaya yang terlalu terang (blinded by the light of what we already see). Suatu ketika dalam hidup ini, Anda akan mengalami masa bersenang-senang, hidup dalam era kejayaan. Dengan kekayaan dan kesuksesan, Anda bisa memiliki apa saja, dan sebagian besar yang Anda kerjakan menuai pujian dari mana-mana. Cahaya yang Anda lihat akan menjadi begitu terang.
Cahaya keberhasilan akan membentuk sebuah peta kognitif (a mental map) sehingga seakan-akan jalan yang Anda lihat itu adalah segala-galanya. Di atas peta itu, manusia akan berjalan dan mendapatkan arahan. Sejarah keberhasilan baru di depan mata, apalagi cahaya itu bersinar terlalu terang. Orang-orang yang disinari cahaya terlalu terang akan terbuatakan oleh cahaya itu sendiri.
*** Efvy in Refleksi Diri ***
Thursday, January 29, 2015
Tuesday, January 27, 2015
Bertindaklah Seperti Tikus
Apakah perbedaan antara naluri manusia dengan naluri tikus?
Perbedaan itu digambarkan dengan jelas oleh Spencer Johnson dalam bukunya yang berjudul Who Moves My Cheese. Dalam buku tersebut, diceritakan manusia pada dasarnya adalah makhluk yang terprogram oleh rutinitas. Tindakan-tindakannya dikendalikan oleh kebiasaan-kebiasaan (habit). Artinya, manusia cenderung berorientasi pada masa lalu (kebiasaan-kebiasaan).
Cheese (keju) diartikan sebagai sesuatu yang dicari manusia. Bisa berupa kebahagiaan, makanan, rezeki, harta, atau apa saja. Maka ketika manusia menemukan sesuatu, dan itu berulang-ulang selalu ada di sana, ia pun akan secara otomatis datang ke sana. Mula-mula Anda membentuk kebiasaan tapi lama-lama kebiasaan telah membentuk Anda. Tapi bagaimana bila suatu ketika cheese itu tiba-tiba tidak ada di sana? Manusia cenderung akan komplain, berteriak meminta agar siapa saja yang mengambil mengembalikannya.
Tapi, setelah berhari-hari ditunggu cheese itu tetap tidak ada lagi di sana, mereka memilih diam, mereka seakan kehabisan akal. Satu-satunya yang tersisa tinggal harapan, yaitu harapan cheese itu akan kembali lagi. Maka mereka pun menunggu, dan menunggu, sampai mereka menjadi tua, renta dan bodoh.
Bagaimana dengan tikus?
Tikus selalu digambarkan sebagai hewan yang rajin dan cerdik. Ketika cheese itu tiba-tiba hilang, tikus tidak tinggal diam, melainkan terus bergerak dan mengendus ke depan. Berhari-hari mereka mencari jalan baru, cheese yang dicari tidak ditemukan. Mereka terus bergerak tanpa pernah putus asa. Sampai suatu ketika mereka menemukan cheese di tempat yang sama sekali berbeda.
Dari cerita tersebut, kita bisa mengambil pelajaran. Jangan putus asa, jangan biarkan diri Anda menjadi tua, renta dan bodoh dengan berorientasi pada masa lalu. Beranilah mencoba, melangkah, dan mencari cara-cara baru dan bertindak. Maher Zein dalam salah satu lagunya, mengatakan "InsyaAllah ada jalan".
Allah berfirman dalam surat QS. Ar-Ra'd (13) ayat 11 "Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang merubahnya"
*** Efvy in Refleksi Diri ***
First Post for 2015 (2801)
Perbedaan itu digambarkan dengan jelas oleh Spencer Johnson dalam bukunya yang berjudul Who Moves My Cheese. Dalam buku tersebut, diceritakan manusia pada dasarnya adalah makhluk yang terprogram oleh rutinitas. Tindakan-tindakannya dikendalikan oleh kebiasaan-kebiasaan (habit). Artinya, manusia cenderung berorientasi pada masa lalu (kebiasaan-kebiasaan).
Cheese (keju) diartikan sebagai sesuatu yang dicari manusia. Bisa berupa kebahagiaan, makanan, rezeki, harta, atau apa saja. Maka ketika manusia menemukan sesuatu, dan itu berulang-ulang selalu ada di sana, ia pun akan secara otomatis datang ke sana. Mula-mula Anda membentuk kebiasaan tapi lama-lama kebiasaan telah membentuk Anda. Tapi bagaimana bila suatu ketika cheese itu tiba-tiba tidak ada di sana? Manusia cenderung akan komplain, berteriak meminta agar siapa saja yang mengambil mengembalikannya.
Tapi, setelah berhari-hari ditunggu cheese itu tetap tidak ada lagi di sana, mereka memilih diam, mereka seakan kehabisan akal. Satu-satunya yang tersisa tinggal harapan, yaitu harapan cheese itu akan kembali lagi. Maka mereka pun menunggu, dan menunggu, sampai mereka menjadi tua, renta dan bodoh.
Bagaimana dengan tikus?
Tikus selalu digambarkan sebagai hewan yang rajin dan cerdik. Ketika cheese itu tiba-tiba hilang, tikus tidak tinggal diam, melainkan terus bergerak dan mengendus ke depan. Berhari-hari mereka mencari jalan baru, cheese yang dicari tidak ditemukan. Mereka terus bergerak tanpa pernah putus asa. Sampai suatu ketika mereka menemukan cheese di tempat yang sama sekali berbeda.
Dari cerita tersebut, kita bisa mengambil pelajaran. Jangan putus asa, jangan biarkan diri Anda menjadi tua, renta dan bodoh dengan berorientasi pada masa lalu. Beranilah mencoba, melangkah, dan mencari cara-cara baru dan bertindak. Maher Zein dalam salah satu lagunya, mengatakan "InsyaAllah ada jalan".
Allah berfirman dalam surat QS. Ar-Ra'd (13) ayat 11 "Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang merubahnya"
*** Efvy in Refleksi Diri ***
First Post for 2015 (2801)
Subscribe to:
Posts (Atom)