Tuesday, December 31, 2013

Untuk Apa Sih Sekolah dan Kuliah?

Sebagian besar orang menganggap bahwa pendidikan hanyalah sesuatu yang ada hubungannya dengan sekolah. Sekolah memang salah satu tempat yang baik untuk memulai pendidikan. Ada sekolah atau kampus yang menghasilkan pelajar-pelajar yang baik. Dan saya rasa salah satu penyebab keberhasilannya adalah penekanan pada disiplin.

Tentu saja, banyak orang yang berhasil tanpa lebih dahulu memasuki jenis sekolah seperti ini. Tapi, alasan keberhasilan mereka juga tetap sama yaitu DISIPLIN. Dalam hal ini, disiplin diri; inilah kunci utama yang membedakan orang berhasil dan tidak berhasil. 

Banyak di antara kita yang enggan belajar karena merasa tidak mengetahui manfaat atau untuk apa ilmu yang kita pelajari. Masih ingatkah Anda sewaktu Anda masih kecil. Anda dipaksa untuk belajar membaca mulai dari huruf alfabet, membentuk suku kata, membaca sebuah kata hingga Anda bisa memahami sebuah kalimat. Belum lagi Anda dituntut untuk belajar angka atau hitungan; penjumlahan, pengurangan, perkalian dan sebagainya. Pada saat itu, bayangkan betapa sulitnya Anda harus mengeja sebuah kata, sulitnya Anda menghafal perkalian. Anda juga merasakan untuk apa itu semua, 'bermain lebih enak daripada belajar'. Ya, itulah yang terlintas dipikiran kita semua semasa itu. 


Memang, kala itu kita tidak mengetahui untuk apa semua hal yang kita pelajari tersebut. Sesuatu yang membosankan, dan menjemukan. Tapi, perhatikan usia Anda sekarang, apakah ilmu tersebut bermanfaat saat ini? Saya yakin, Anda akan mengiyakan. Kita baru merasakan manfaatnya saat ini, disaat kita sudah dewasa. Ternyata, untuk memahami ilmu yang Anda dapatkan butuh waktu bertahun-tahun untuk merasakan manfaatnya. Bayangkan pada masa kecil Anda tidak pernah diajarkan membaca dan berhitung? Jadi apa Anda sekarang! 


Kita tidak pernah tahu dibidang mana kita akan memasuki dunia kerja maupun. Dan kita juga tidak pernah tahu, bagaimana berharganya pengetahuan atau ilmu yang Anda pelajari saat sekolah dahulu maupun kini akan berguna suatu hari nanti. 


Refleksi Awal Tahun Zamidra Al-Fakir

Kesempatan Itu pun Berlalu

Suatu ketika ada seorang pria yang terdampar di tengah lautan. Kemudian datanglah sebuah kapal yang melintas dan ingin menolong pria tersebut. Tapi, pria tersebut berkata: "Tidak usah, biar Tuhan saja yang menolong saya". Maka kapal itu pun pergi.

Tidak berapa lama lewat lagi sebuah kapal lainn, yang juga akan menyelamatkan pria tersebut. Lagi-lagi pria tersebut berujar: "Tidak usah, biar Tuhan saja yang menyelamatkan saya". Kapal kedua itupun meninggalkan pria tersebut di tengah lautan. Kali ini, kapal ketiga pun lewat, pria tersebut masih mengucapkan hal yang sama.

Setelah kapal yang ketiga berlalu, tidak berapa lama pria itupun meninggal dunia.

Pria itupun masuk ke dalam surga.

Di dalam surga, pria itu bertemu dengan Tuhan, lalu bertanya: "Ya Tuhan, kenapa engkau tidak menolong aku sewaktu berada di tengah lautan??"
Tuhan pun menjawab: "Aku sudah mengirimkan tiga buah kapal untuk menolong kamu. Goblok".





...............

Dalam kehidupan kita, ada banyak sekali sebenarnya kesempatan yang menghampiri kita. Tapi, kita selalu beralasan dan berkilah untuk menunggu kesempatan yang lebih baik. Sementara kesempatan yang datang itupun telah berlalu. Jika kita hanya menunggu dan hanya berharap kesempatan atau kondisi yang lebih baik, itu semua tidak akan selamanya ada. Manfaatkan semua kesempatan yang ada yang temukan saat ini, sembari tetap menunggu kesempatan besar lainnya yang menghampiri Anda.

Zamidra Al-Fakir





Sunday, December 22, 2013

Mengapa Kita Sulit Berubah

Pernahkah Anda mengikuti seminar motivasi, atau membaca buku yang membangkitkan antusias, maupun mendapat suntikan semangat dari guru, saudara, dan orang lainnya. Tapi itu semua hanya bertahan sesaat. Memang Anda berubah setelah mengikuti seminar tersebut, tapi coba lihat, satu minggu, dua minggu, hingga satu bulan. Di mana semangat dan motivasi Anda sebelum, kenapa Anda kembali pada kebiasaan yang lama lagi? 

Tidak dapat kita pungkiri, kadang-kadang kita sadar bahwa kebiasaan-kebiasaan lama yang cenderung banyak memberi keuntungan bagi diri kita yang sebenarnya sudah tidak produktif lagi. Namun, karena hal itu sudah kita jalani dan menjadi kebiasaan maka terlalu sulit untuk kita ubah dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang jauh lebih efektif dan produktif. Atau kalaupun kita mau berubah, hal itu hanya terjadi sesaat dan cenderung akan kembali ke kebiasaan yang lama, karena mungkin kita terpaksa harus berubah.

Kita sulit untuk mempertahankan perubahan yang terjadi karena yang kita ubah baru sebatas perilaku saja, sementara pola pikir dan sikap mental kita belum banyak berubah. Hal itu akan lebih diperdalam lagi apabila dalam diri kita tertanam suatu pemahaman atau pola pikir bahwa apabila kita berubah maka secepat mungkin harus mendapatkan hasil. Apabila terjadi hambatan ataupun kegagalan maka yang terjadi adalah keputusasaan, bahkan kencederungan kita menyerah kalah. Mundur dari kancah "peperangan". Apabila hal ini terjadi pada diri kita, sebenarnya kita belum siap berubah!

Kita cenderung akan mengulang-ngulang sesuatu yang membuat kita merasa nyaman. Bahkan karena hal itu kita ulang secara terus-menerus, maka muncullah kebiasaan, bahkan ketergantungan. Apabila tidak melakukan kebiasaan tersebut atau kebiasaan itu sudah tidak dapat kita lakukan karena alasan tertentu, rasanya ada sesuatu yang hilang. Seolah-olah dalam diri kita ada perasaan bersalah. Maka sebagai akibatnya, sering kali kita merasa sayang apabila harus kehilangan sesuatu yang terbiasa kita lakukan.

Oleh karena itu, tidak ada cara lain untuk berubah; mau tidak mau Anda harus melakukan perbuatan yang baru tersebut secara terus-menerus hingga menjadi kebiasaan yang lama pula. Jangan beri sedikitpun peluang untuk kebiasaan lama nyelip dalam kebiasaan baru tersebut. Terlepas dari membentuk kebiasaan baru tersebut melelahkan, sulit dilakukan, payah dilaksanakan. Sekali lagi, Anda harus berani dan tangguh melawan dan melepas rezim kebiasaan yang lama, hingga kebiasaan yang baru terbentuk.

So, selamat berubah.


Refleksi Akhir tahun 2013. Efvy Z